Bacaan: Yesaya 42:1-9
Siapakah yang disebut sebagai hamba Tuhan? Ini adalah
pertanyaan yang dapat membuat seseorang menjadi keliru untuk menjawabnya. Ada
orang yang mengatakan bahwa hamba Tuhan adalah pendeta saja. Ada yang
mengatakan bahwa hamba Tuhan hanya pendeta dan penatua saja. Ada yang
menganggap bahwa pendeta, penatua dan diaken adalah hamba Tuhan. Atau ada yang
mengatakan bahwa semua yang ambil bagian dalam ibadah pelayan (= hamba) adalah
hamba Tuhan. Siapakah hamba Tuhan itu?
Bacaan ini berbicara
tentang bagaimana hamba Tuhan itu. Beberapa poin penting yang dapat menjelaskan
bagaimana hamba Tuhan itu adalah:
Pertama (ayat 1), ia adalah orang yang dipilih dan diberikan Roh
oleh Tuhan untuk menyatakan hukum atau keadilan. Kita dapat menduga bahwa
mereka yang menyatakan hukum atau keadilan adalah mereka yang menjalankan
fungsi peradilan, seperti dewan adat, pemerintah desa, hakim. Akan tetapi di
lingkungan terkecil saja seperti dalam keluarga ada fungsi peradilan yang
bersifat menengahi, yakni: orang tua yang menengahi anak-anaknya ketika berebut
permen, lebih meningkat lagi seorang ayah yang menengahi anak-anaknya dalam
membagi budel, atau pula seorang anak yang mengajak ayah ibunya yang sudah
berpisah atau bercerai dapat rujuk kembali. Semua kemampuan menengahi yang baik
seperti itu adalah karunia dari Tuhan yang memberikan Roh-Nya.
Kedua (ayat 2), ia menjalankan tugas itu dengan sopan dan santun. Dalam
menghadapi suatu masalah, ia tidak berteriak-teriak apalagi dikatakan
memperdengarkan suara di jalan. Ini penting untuk menjaga sopan santun
berbicara di mana saja. Etika berbicara inilah yang sudah mulai memudar dewasa
ini. Kita dapat menyaksikan baik secara langsung maupun melalui televisi
ucapan-ucapan kasar keluar dari mulut seseorang entahkah dia orang tua dari
anak-anak, pemerintah bagi rakyat, atau pula mereka yang menyebut diri sebagai
wakil rakyat. Ingatlah bahwa dalam minggu sebelumya kita berbicara tentang
lingkungan yang dapat membentuk seseorang. Jika lingkungannya biasa berbicara
dengan tidak tahu sopan santun, maka ia cenderung untuk berbuat hal yang sama.
Ketiga (ayat 3), ia menjalankan tugas tersebut dengan memperhatikan
keberadaan orang yang dilayaninya. Ungkapan buluh yang patah terkulai dan sumbu
yang pudar nyalanya menunjukkan situasi seseorang. Oleh karena masalah yang
sedang menghimpitnya, seseorang dapat sampai pada titik yang paling rendah dari
hidupnya: orang yang kehilangan harapan, yang merasa gagal dalam hidup dan yang
seolah-olah masa depannya sudah tidak ada lagi. Akan tetapi buluh itu belum
putus dan pelita itu belum padam. Orang-orang yang seperti inilah yang menjadi
sumber keprihatinan dari hamba Tuhan. Bahkan ia melakukannya dengan kepedulian
karena kesetiaannya kepada orang-orang yang seperti itu. Kata setia dalam ayat 3 diterjemahkan dari
kata Ibrani emeth yang berarti teguh,
setia, benar. Itu berarti bahwa ia tidak akan pernah menyimpang dari tujuannya
untuk menolong orang lain yang sedang dalam masalah, menguatkan dan meneguhkan
mereka agar tetap kuat dan tangguh menghadapi hidup ini. Yang biasanya terjadi
adalah prores peradilan atau menengahi sesuatu masalah justru membuat orang
yang sudah terpuruk semakin didesak untuk mengalami hal yang terburuk. Hamba
Tuhan tidaklah seperti itu.
Keempat (ayat 4), dalam menghadapi sesuatu hal baik atau tidak
baik, hamba Tuhan yang melakukan tugas keadilan dalam keteguhan, kesetiaan dan
kebenaran itu tidak menjadi pudar atau terkulai. Ia malah menjadi kuat dan
lentur. Tidak mudah patah. Dalam pada itu ia semakin mantap untuk melakukan
tugasnya. Karena itulah tidak heran apabila segala pulau mengharapkan pengajarannya.
Dengan kata lain, semua orang ingin mendengar wejangan-wejangan hikmatnya dalam
menghadapi masalah di hidup ini.
Sebenarnya kita tidak sulit untuk menemukan figur
yang dimaksud dalam bacaan kita ini. Apa yang menjadi nubuat nabi Yesaya dalam
bacaan ini telah menjadi jelas. Kita semua sudah mengenal-Nya. Kita semua
percaya dan mempercayakan diri kepada-Nya. Dialah Yesus, Tuhan kita, yang telah
melakukan tugas penyelamatan terhadap umat Allah, terhadap kita. Dialah terang
bagi bangsa-bangsa yang mencelikkan mereka yang buta, membebaskan para tahanan
dan orang-orang hukuman.
Oleh karena itu maka Dialah yang menjadi model Hamba
Tuhan. Model itu tidak hanya diikuti oleh para pendeta, penatua, diaken atau
mereka yang mendapat tugas dalam jemaat. Mereka adalah orang-orang yang dipilih
untuk menjalankan tugas pelayanan sebagai hamba Tuhan. Namun sebenarnya Kita
semua adalah jemaat-Nya yang telah dipilih dan dipanggil-Nya. Kita semua adalah
hamba-hamba yang menjadi milik kepunyaan-Nya. Kita mengabdi kepada-Nya. Karena
itu kita berbuat apa yang disuruh-Nya.
Tugas hamba
Tuhan itu sudah jelas. Sosok yang menjadi model hamba Tuhan itu pun kita tahu.
Maka kini kitalah yang menjadi hamba-Nya untuk melakukan tugas-tugas itu dalam
kehidupan kita. Terpujilah Tuhan Yesus, Allah yang rela menjadi Hamba untuk
menyelamatkan kita.
sudah ada ditafsiran alkitab sabda
BalasHapushttp://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=Yes&chapter=42&verse=1&cmt=full