Babak I
Narator : Ada seorang pemuda yang bernama Yusuf. Ia berpacaran
dengan seorang perempuan bernama Maria. Masa-masa mereka berpacaran adalah masa
yang paling terindah dalam hidup mereka. Yusuf sangat mencintai Maria, begitu
pula sebaliknya. Hati mereka selalu berbunga-bunga tatkala bertemu. Sungguh
indahnya dua anak manusia yang mencinta. Suatu kali ketika Yusuf sedang apel ke
rumah Maria…
Yusuf : Maria, saya sangat sayang padamu. Engkaulah yang paling saya
cintai dan segalanya bagiku di antara berjuta di luar sana… pokoknya yang saya
mau, hanya denganmu, sayang…
Maria : jangan terlalu gombal, sayang… kita jalani saja apa adanya.
Jika Tuhan berkenan kita tentu akan berjodoh.
Yusuf : betul, Tuhan yang menentukan. Akan tetapi kita kan boleh
berusaha. Saya memang berharap, kaulah yang akan menjadi jodohku. Saya tidak
akan tahu harus berbuat apa jika kita berdua tidak jadi.
Maria : akupun berharap begitu. Cuma engkau yang kuharap dapat
menjadi orang yang melindungiku dalam segala suasana. Tapi kita masih lama baru
akan dapat menikah.. cepat-cepatlah kau kumpulkan uang Yusuf, supaya kita bisa
lekas-lekas menikah…
Yusuf : iya.. iya.. kau kan tahu saya sangat bekerja keras sebagai
tukang, agar nantinya kita tidak akan memiliki kendala atau susah d masa depan.
Maria : Yusuf, ada yang mau saya katakan sama kamu. Penting sekali.
Saya harap kamu mau mendengarkannya dengan baik. Saya sebenarnya malu untuk mengatakan ini.
Yusuf : apa itu, Maria?
Maria : tapi kamu jangan marah, ya. Atau kalau kamu marah, silakan
saja. Kamu putuskan aku, aku akan terima… aku menyerahkan keputusan sepenuhnya
padamu. Tapi aku sangat mencintaimu dan tidak mau kehilanganmu.
Yusuf : aduh, Maria.. katakan saja. Jangan buat aku penasaran. Akupun
sangat mencintaimu, tapi apa maksudmu? Saya justru bingung ini..
Maria : Yusuf… (berhenti
sejenak), Yusuf…, aku hamil..
Yusuf : (kaget) apa???
Hamil??? Dengan siapa??? Kenapa bisa begitu??? Ah yang benar saja Maria!!!
Maria : Yusuf, yang mau saya katakan padamu adalah itu. saya hamil.
Tapi saya tidak bisa mengatakan siapa ayahnya, karena kita tidak pernah
berhubungan badan dan tidak ada orang yang menghamili saya…
Yusuf : apa kamu sudah gila, Maria?
Tidak ada orang yang hamil tanpa berhubungan badan. Tidak Maria. Tidak
ada.
Maria : pokoknya, begitu persoalannya. Dan biar kamu desakpun,
jawabannya akan tetap seperti itu. jadi, saya merelakan sepenuhnya apa
keputusanmu. Saya tidak bisa memaksamu untuk menerimaku. Dan kamu berhak untuk
tidak memilihku.
Yusuf : Oh Tuhan… apa yang terjadi denganmu, Maria? Ada apa denganmu,
Sayang? Teganya kau berbuat begitu… kamu tahu, sampai saat ini aku tetap
mempertahankan keperjakaanku. Aku tidak pernah menyentuh siapapun. Aku berharap
kau pun begitu. Tapi… Tapi, kenapa kau yang begitu aku cintai berbuat begitu.
Dan tidak tahu siapa ayah dari bayi itu. Maria, tolong beri lagi penjelasan..
saya sungguh terpukul dan sakit hati dengan hal ini.
Maria : (diam)
Yusuf : Maria, bicara! Bicara! Tolong jelaskan..
Maria : (diam-menangis)
Yusuf : ok. Kalau kau begitu, aku akan pergi. Selamat malam. (beranjak pergi)
Maria : (sambil menangis) Yusuf….
(tapi Yusuf sudah pergi sambil kecewa)
Babak II
Narator : malam itu, Yusuf tak bisa tidur. Ia
berguling-guling di kamar tidurnya. Ia gelisah. Bingung. Bertanya-tanya. Sakit
hati. Kecewa. Terpukul. Bimbang. Tak menentu. Ia sangat mencintai Maria. Akan
tetapi ia malu, sebagai laki-laki, sungguh tak pantas menerima perempuan yang
hamil bukan dari dirinya. Ia bingung…
Yusuf : Tuhan… kenapa Kau
sungguh tak adil. Apa salahku? Apakah aku tidak berlaku benar? Mengapa
kau memberi seorang perempuan seperti Maria itu? mengapa? (membanting-banting dirinya di kamar). Ah, persetan dengan perempuan
itu. Aku akan memutuskannya. Mengakhiri segala hubungan kacau ini. Sial!!!!
Narator : Yusuf marah dan jengkel. Ia mau mengakhiri
hubungannya dengan Maria. Tapi, ia kemudian terkenang dengan kebaikan Maria.
Kasih sayangnya. Senyumnya. Rambutnya. Perhatiannya. Matanya….
Yusuf : ahhhhh….. kenapa aku tak bisa melupakannya? Oh Maria… kenapa
kau begitu, sayang…. ?? Kenapa…?? Kenapa kau membalas cintaku dengan cara
seperti ini?? Kenapa??? (menangis)
Babak III
Narator : sementara itu… di tempat lain di dalam hati
Yusuf… berkecamuk dan saling sahut menyahut suara-suara….
S1 : Yusuf, putuskan saja pacar sialan itu! buang dia… dia
tidak layak untuk laki-laki seperti engkau…
S2 : jangan Yusuf, kebaikan dan ketulusan hatimu dapat
dibuktikan dengan menerima Maria menjadi istrimu…
S1 : putuskan, Yusuf.. tinggalkan dia!!!
S2 : jangan, Yusuf. Terima dia apa adanya!!!
S1 : putuskan!!
S2 : terima!!! (saling
bersahutan)
Suara Roh : "Yusuf,
anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak
yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak
laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
Babak IV
Narator : Beberapa minggu kemudian… Yusuf datang
menjumpai Maria…
Yusuf : Maria…
Maria : (berlari
mendapatkan Yusuf dan memeluknya) Yusuf, aku kira kau tidak akan datang
untuk menemuiku…
Yusuf : (Dengan pura-pura tidak
membalas pelukan Maria dan suara yang
meninggi) hah, siapa yang datang untuk menemuimu? Aku tidak datang untuk
menemuimu. Aku ingin mengatakan sesuatu…
Maria : (mulai menangis)
oh, maaf Yusuf. Aku kira kau mau datang menemuiku…
Yusuf : (langsung memeluk Maria
– Maria kaget) sayang…, maafkan aku. Aku hanya bercanda… aku datang memang
untuk menemuimu. Aku sangat mencintaimu lebih dari apapun juga di dunia ini.
Aku mau menerimamu apa adanya.
Maria : terima kasih Yusuf… terima kasih…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar