Minggu, 02 Oktober 2011

Bahan Khotbah: MENDENGAR DAN MENGIKUT SANG GURU

Bahan Khotbah
MENDENGAR DAN MENGIKUT SANG GURU
Bacaan  : Yohanes 21:15-14

Analisis Naskah
Konteks bacaan ini adaah rangkaian dari penampakan-penampakan Yesus kepada para murid untuk meyakinkan mereka bahwa Ia telah bangkit. Bacaan ini pula menunjukkan bahwa para murid sudah mulai dapat menerima dan yakin terhadap kebangkitan Guru mereka. Ini dibuktikan dengan sarapan  yang mereka lakukan. Sementara mereka berkumpul, percakapan kemudian terjadi antara Yesus dan Simon Petrus. Percakapan yang unik sebab Yesus bertanya secara berulang-ulang kepada Simon Petrus, sampai-sampai Petrus merasa sedih.
Melihat sepintas, tidak nampak sesuatu perbedaan apapun dalam pertanyaan yang Yesus ajukan secara berulang-ulang. Namun mari kita lihat dalam naskah aslinya:
·         Pertama kali, Yesus bertanya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (Yun. agapas; dari kata agape) Aku lebih dari pada mereka ini?” Simon Petrus menjawab: “Benar, Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (Yun. filoo; dari kata filia) Engkau.”
·         Kedua kali, Yesus bertanya kembali: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (Yun. agapas; dari kata agape) Aku?” Simon Petrus memiliki jawaban yang sama: ““Benar, Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (Yun. filoo; dari kata filia) Engkau.””
·         Ketiga kalinya, Yesus bertanya lagi: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (Yun. fileis; dari kata filia) Aku?”
Dari penjelasan ini nampak pemakaian kata yang berbeda yang digunakan baik oleh Yesus maupun oleh Petrus. Pertama kali Yesus menggunakan kata agape, yang dapat dimengerti sebagai tindakan mengasihi dengan segenap hati dan tanpa mengharapkan balasan. Sama seperti tindakan kasih Allah kepada manusia dengan mengutus Anak-Nya datang ke dunia untuk menebus manusia dan meyakinkan keselamatan dari Allah sedang dinyatakan bagi ciptaan-Nya. Petrus menjawab dengan menggunakan kata yang berbeda, yakni kata filia. Inilah kasih yang dimengerti sebagai kasih seseorang  kepada sahabatnya yang karib, sejauh kemurahan hati untuk mengasihi sahabat tersebut.
Dua kali Yesus bertanya dan dua kali Petrus menjawab. Dua kali pun pertanyaan dan jawaban dengan bahasa yang sama tetap digunakan. Ketiga kali, Yesus menurunkan kadar pertanyaan-Nya, dengan menggunakan kata yang Petrus gunakan. Hal ini kemudian membuat Petrus menjadi sedih, karena ia menyadari bahwa sebelumnya ia menjalani pengalaman pahit, yakni melakukan kesalahan besar dengan menyangkal sang Guru. Kini Guru datang dan bertanya, apakah Petrus mengasihi-Nya. Petrus sadar bahwa ia tidak dapat melakukan tindakan yang dilakukan oleh Gurunya, apalagi perasaan berdosa yang masih membayanginya. Secara psikologis, Petrus belum siap. Karena itu ia tetap menggunakan kata filia, sejauh ia masih bisa mengasihi sang Guru.
Inilah yang juga dipahami oleh Yesus. Bagi-Nya, Petrus masih perlu banyak belajar dari berbagai pengalaman hidup sampai ia benar-benar dapat mengasihi sang Guru dengan kasih yang paling dalam, yang tanpa menuntut balas. Karena itulah, Yesus kemudian berpesan agar Petrus “menggembalakan domba-domba-Nya.” Kata “menggembalakan” menggunakan dua kata Yunani, yakni poimainoo (ay. 15 dan 17) yang berarti “menggembalakan dengan menjaga” dan kata boskoo (ay. 16) yang berarti “menggembalakan dengan memberi makan.” Dua tindakan dalam proses menggembalakan inilah kiranya dapat membuat Petrus akan semakin memahami bahwa mengasihi Allah, bukan hanya mengasihi seperti kemurahan hati seorang sahabat saja.
Yesus kemudian memberi nasihat sekaligus peringatan kepada Petrus: “Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Kalimat ini jelas mengingatkan kita tentang kehidupan Petrus setelah Yesus naik ke sorga, dimana ia begitu berapi-api dalam memberitakan Injil. Ia bahkan menjadi pemimpin para rasul dan penatalayanan jemaat mula-mula di Yerusalem dan di Roma.
Ada suatu kisah tentang Petrus. Tatkala Petrus telah menjadi tua dalam masa penghambatan gereja oleh kekaisaran Romawi, terjadi penggeledahan secara ketat oleh tentara Romawi untuk mencari para pengikut Kristus. Hal itu didengar oleh Petrus. Ia bermaksud untuk pergi dari kota Roma. Dalam perjalanan, seseorang bertanya, “Mau pergi ke mana, tuan?”. Ia menjadi begitu bergumul dengan pertanyaan itu. Lalu ia memutuskan untuk kembali, karena mengingat banyaknya umat Tuhan yang masih bertahan di kota Roma. Ia berkomitmen untuk menggembalakan mereka seumur hidupnya. Akhirnya ia tertangkap dan dihukum mati dengan cara disalib terbalik. Ia merasa tidak layak disalibkan sama seperti yang Gurunya alami. Petrus benar-benar telah mengasihi Tuhannya dengan kasih yang terdalam.

Analisis Sosial
                Mencermati kehidupan sosial kemasyarakatan dewasa ini, kehidupan yang berlandaskan kasih menjadi sesuatu yang sangat mahal bahkan sulit didapat. Manusia cenderung hidup dalam egoismenya, dengan selalu mengajukan pertanyaan yang sama: apa yang menjadi keuntungan bagiku jika hal itu kulakukan terhadapnya? Selalu mengharapkan balasan dari sesuatu yang dikerjakannya untuk orang lain. Oleh karena itu pola hubungan yang terjadi antar manusia adalah pola untung-rugi, yang memaksa manusia hanya berkawan dengan mereka yang bersentuhan dengan kebutuhannya. Beriringan dengan hal tersebut, apabila keinginannya terhalang oleh keinginan orang lain, maka ia cenderung mempertahankan diri bahkan tidak segan-segan untuk berupaya menyingkirkan pihak lain. Manusia dapat menjadi pemangsa bagi sesamanya. 
                Dalam lingkup terkecil, yakni keluarga, mulai kehilangan semangat hidup dalam komunitas. Mereka telah menjadi pribadi-pribadi yang berurusan dengan kepentingan-kepentingan sendiri. Masyarakat kota mengandalkan kesibukan pekerjaan sebagai pegawai yang memaksanya hanya memiliki waktu sedikit untuk anak-anak, lalu kemudian mengabaikan keinginan anak-anak untuk bersama-sama dengan alasan kelelahan karena mencari nafkah. Masyarakat desa yang menggantungkan kehidupannya pada pola bertani sering juga mengalami hal yang sama; orang tua khususnya ayah sepulang dari kebun atau sawah ladang langsung berurusan dengan kebutuhannya yang dicarinya di luar rumah, seperti minum saguer. Pola-pola hidup seperti inilah yang membuat jurang di antara anggota keluarga semakin melebar. Akibatnya masyarakat menghasilkan generasi yang tidak peduli dengan orang-orang sekitarnya; cuek dengan keadaan sejauh itu tidak mengganggu kepentingannya.
                Demikian pula daam hidup bergereja dan bermasyarakat. Manusia semakin terkotak-kotak dalam kelas-kelas sosial yang tidak mempedulikan sesamanya. Mereka yang sudah maju berjuang terus untuk semakin maju dalam mengejar segala pemenuhan kepuasan hidup tanpa melihat orang lain di samping dan belakangnya. Yang lain berupaya mengejar, namun semakin tertinggal bahkan terlindas oleh orang lain yang juga menghendaki hal yang sama. Akibatnya jurang perbedaan sosial dalam masyarakat menjadi semakin lebar.

Refleksi Teologis
Mendengar dan mengikut suara sang Guru merupakan tindakan yang radikal. Benar-benar menuntut sikap hidup yang menyingkirkan segala egoisme tadi. Ini penting mengingat keadaan sosial yang demikian mengkhawatirkan dan tidak bersesuaian dengan Injil Kristus. Ia datang untuk menyelamatkan umat kepunyaan-Nya. Sebagai Tuhan, Ia rela meninggalkan ketuhanan-Nya untuk menjadi manusia bahkan mati untuk mereka. Inilah nilai-nilai hidup yang menyingkirkan segenap kediriaannya dan solider dengan orang lain. Gaya hidup ini hendaknya berlaku dalam keluarga, di mana orang tua hendaknya peduli dengan perkembangan fisik, psikologis dan sosial teologis anak. Pendidikan tentang kepedulian terhadap orang lain harus ditanamkan sejak kecil supaya menghasilkan generasi yang berkualitas yang akan mempengaruhi lingkungannya, gereja maupun masyarakat. Belajar dari Petrus yang terus belajar sampai ia mengerti dengan jelas arti dan tujuan dari ajakan Yesus, “Ikutlah Aku!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar