Pengertian: ῥήτωρ, rhêtôr (orator, pendidik) adalah seni
mempergunakan bahasa sebagai wahana supaya kesan yang ditangkap atau yang
diterima oleh pedengar, atau pembaca, sesuai dengan apa yang sebetulnya
dimaksudkan oleh pembicara atau penulis.
Tipe
retorik:
a) suasana pengadilan (retorik yudisial): memiliki sisi “tuduhan” &
“pembelaan”, b) suasana rapat (retorik
deliberatif): memiliki sisi “bujukan” & “larangan”, c) suasana perayaan (retorik epideiktis):
memiliki sisi “pujian” & “celaan”.
Bagian-bagian
retorik:
a)
Pendahuluan ( disebut juga prooemium/exordium)
Bagian ini bermaksud untuk menyatakan situasi atau
kasus, yakni sesuatu yang menjadi penyebab terjadinya ketegangan atau
perdebatan. Tanpa kasus ini, bisa jadi tak akan ada persoalan. Lalu oleh karena tidak ada perkara,
maka pidato retorik tidak akan ada.
b)
Narasi (atau narratio)
Maksud bagian ini adalah untuk memaparkan fakta. Di
sini dikemukakan kembali situasi historis yang di dalamnya kasus itu terjadi.
Sekalipun berfungsi demikian, isi bagian ini tidak hanya bersifat historis,
tapi juga persuasif.
c)
Divisio (atau partitio/propositio)
Bagian ini memperjelas apa yang tertuang dalam narasi.
Dengan kata lain, merupakan ringkasan narratio, sekaligus juga
persiapan untuk masuk ke bagian berikutnya, yakni probatio.
d)
Bukti (atau probatio/confirmatio)
Inilah bagian hakiki pidato retorik. Di sini pembicara
memaparkan argumentasi. Untuk maksud itu, ia menyediakan bukti-bukti dan
menguraikan contoh-contoh menurut strategi-strategi yang biasa dan umum
berlaku.
e)
Refutatio (atau confutatio)
Maksud bagian ini adalah menunjukkan dengan bukti apa
yang salah dalam rangkaan argumentasi yang dikemukakan oleh pihak lawan. Karena
itu, isi bagian ini umumnya bersifat negatif.
f)
Peroratio (atau conclusio)
Bagian ini merupakan bagian paling akhir dari
pembicara untuk mengingatkan pendengar /juri/hakim tentang kasus yang sedang
diperkarakan. Karena itu, penggunaan kata-kata dalam bagian ini diusahakan
sedemikian rupa agar dapat menimbulkan sentuhan emosional sekuat mungkin bai
orang yang mendengarnya. Bagian ini bisa dibagi lagi menjadi: peringatan,
pernyataan mengenai akibat dari keputusan, dan nasihat.
Penelitian Ekstrinsik dan Intrinsik dalam retorik
Penelitian retorik bukan hanya bersifat sinkronik (perhatian pada teks
dan konteks di dalam Alkitab itu sendiri) tapi juga diakronik (perhatian pada
konteks di luar teks Alkitab). Satu sisi mengupas unsur-unsur yang membentuk
teks, sisi lain mengupas sumber historis yang menghasilkan teks tersebut.
Inilah yang disebut penelitian intrinsik (intratekstual) dan penelitian
ekstrinsik (ekstratekstual).
Penelitian ekstrinsik:
mengungkap siapa atau kelompok mana yang
memproduksi ideologi yang dimuat dalam teks. Istilah ideologi muncul untuk
menjelaskan kecenderungan motivasi yang ada dalam diri pembuat retorik yang
bukan hanya meliputi teologi, tapi juga politik, sosia dan budaya. Ada juga
pertimbangan konflik, pertentangan dan pergumulan yang terjadi di antara
kelompok atau orang perorang yang membuat ideologi. Kemudian kepentingan
kelompok mana yang akan ditanggapi atau ditolak. Dari situ, apa pengaruh sosial
yang hendak dicapai. Kapan dan di mana peristiwa itu terjadi.
Penelitian intrinsik: mengupas penelitian sastra terhadap teks sebagai media retorik, karena
teks dianggap memiliki maksud untuk menyampaikan ideologi tertentu kepada
pembacanya. Untuk mendukung hal itu, maka pembuat ideologi dalam teks
menggunakan bentuk-bentuk dan
fungsi-fungsi sastra yang dipakai dalam teks. Dalam hal cerita,
penelitian ini dibantu oleh naratologi (narator, tokoh dan penokohan, sudut
pandang).
Sistematika Penelitian Retorik
A.
Pendahuluan
B.
Unit Retorik
(menentukan batasan-batasan teks sebagai sebuah unit retorik)
C.
Situasi
Retorik (menentukan latar dan setting retorika dalam teks)
D.
Disposisi
Teks (menentukan bagian-bagian retorik terhadap teks)
E.
Tipe Retorik
(menentukan tipe retorik yang dipakai oleh penulis)
F.
Eksposisi
Retorik
1.
Gaya Narasi
(menentukan gaya penceritaan dalam retorik dengan bantuan naratologi)
2.
Analisis
Retorik per bagian disposisi (penguraian dengan lebih rinci sesuai
disposisi teks)
G.
Kesimpulan/Penutup
Kepustakaan
Haraguchi, T., A Rhetorical
Analysis of Deutronomy 29-30 in Asia Journal of Theology No.
_______________
http://en.wikipedia.org/wiki/Rhetoric
Malbon, E.S. & E.V. McKnight. 1994. New Literary Criticism and
the NT. Sheffield: Sheffield Ac. Press
Porter, S.E. & D. Tombs.
1995. Approaches to New Testament Study. Sheffield: Sheffield Ac. Press
Setio, R., Penelitian Retorik & W. Kalangit, Surat
Galatia: Sebuah Retorik dalam
Forum Biblika No. 8 – 1999
Porter, S.E. & T.H. Olbricht. 1996. Rhetoric, Scripture and
Theology: essays from the 1994 Pretoria Confernce. Sheffield: Sheffield
Ac. Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar