Minggu, 02 Oktober 2011

Mengenal Salah Satu Metode Tafsir Alkitab: Penelitian Retorik


Pengertian:  ήτωρ, rhêtôr (orator, pendidik) adalah seni mempergunakan bahasa sebagai wahana supaya kesan yang ditangkap atau yang diterima oleh pedengar, atau pembaca, sesuai dengan apa yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembicara atau penulis.
Tipe retorik: a)  suasana pengadilan (retorik  yudisial): memiliki sisi “tuduhan” & “pembelaan”,    b) suasana rapat (retorik deliberatif): memiliki sisi “bujukan” & “larangan”, c)  suasana perayaan (retorik epideiktis): memiliki sisi “pujian” & “celaan”.
Bagian-bagian retorik:
a)    Pendahuluan ( disebut juga  prooemium/exordium)
Bagian ini bermaksud untuk menyatakan situasi atau kasus, yakni sesuatu yang menjadi penyebab terjadinya ketegangan atau perdebatan. Tanpa kasus ini, bisa jadi tak akan ada  persoalan. Lalu oleh karena tidak ada perkara, maka pidato retorik tidak akan ada.
b)    Narasi (atau narratio)
Maksud bagian ini adalah untuk memaparkan fakta. Di sini dikemukakan kembali situasi historis yang di dalamnya kasus itu terjadi. Sekalipun berfungsi demikian, isi bagian ini tidak hanya bersifat historis, tapi juga persuasif.
c)    Divisio (atau partitio/propositio)
Bagian ini memperjelas apa yang tertuang dalam narasi. Dengan kata lain, merupakan ringkasan narratio, sekaligus juga persiapan untuk masuk ke bagian berikutnya, yakni probatio.
d)    Bukti (atau probatio/confirmatio)
Inilah bagian hakiki pidato retorik. Di sini pembicara memaparkan argumentasi. Untuk maksud itu, ia menyediakan bukti-bukti dan menguraikan contoh-contoh menurut strategi-strategi yang biasa dan umum berlaku.
e)    Refutatio (atau confutatio)
Maksud bagian ini adalah menunjukkan dengan bukti apa yang salah dalam rangkaan argumentasi yang dikemukakan oleh pihak lawan. Karena itu, isi bagian ini umumnya bersifat negatif. 
f)     Peroratio (atau conclusio)
Bagian ini merupakan bagian paling akhir dari pembicara untuk mengingatkan pendengar /juri/hakim tentang kasus yang sedang diperkarakan. Karena itu, penggunaan kata-kata dalam bagian ini diusahakan sedemikian rupa agar dapat menimbulkan sentuhan emosional sekuat mungkin bai orang yang mendengarnya. Bagian ini bisa dibagi lagi menjadi: peringatan, pernyataan mengenai akibat dari keputusan, dan nasihat.
Penelitian Ekstrinsik dan Intrinsik dalam retorik
Penelitian retorik bukan hanya bersifat sinkronik (perhatian pada teks dan konteks di dalam Alkitab itu sendiri) tapi juga diakronik (perhatian pada konteks di luar teks Alkitab). Satu sisi mengupas unsur-unsur yang membentuk teks, sisi lain mengupas sumber historis yang menghasilkan teks tersebut. Inilah yang disebut penelitian intrinsik (intratekstual) dan penelitian ekstrinsik (ekstratekstual).
Penelitian ekstrinsik:  mengungkap siapa atau kelompok mana yang memproduksi ideologi yang dimuat dalam teks. Istilah ideologi muncul untuk menjelaskan kecenderungan motivasi yang ada dalam diri pembuat retorik yang bukan hanya meliputi teologi, tapi juga politik, sosia dan budaya. Ada juga pertimbangan konflik, pertentangan dan pergumulan yang terjadi di antara kelompok atau orang perorang yang membuat ideologi. Kemudian kepentingan kelompok mana yang akan ditanggapi atau ditolak. Dari situ, apa pengaruh sosial yang hendak dicapai. Kapan dan di mana peristiwa itu terjadi.
Penelitian intrinsik: mengupas penelitian sastra terhadap teks sebagai media retorik, karena teks dianggap memiliki maksud untuk menyampaikan ideologi tertentu kepada pembacanya. Untuk mendukung hal itu, maka pembuat ideologi dalam teks menggunakan bentuk-bentuk dan  fungsi-fungsi sastra yang dipakai dalam teks. Dalam hal cerita, penelitian ini dibantu oleh naratologi (narator, tokoh dan penokohan, sudut pandang).
Sistematika Penelitian Retorik
A.    Pendahuluan 
B.    Unit Retorik (menentukan batasan-batasan teks sebagai sebuah unit retorik)
C.    Situasi Retorik (menentukan latar dan setting retorika dalam teks)
D.    Disposisi Teks (menentukan bagian-bagian retorik terhadap teks)
E.     Tipe Retorik (menentukan tipe retorik yang dipakai oleh penulis)
F.     Eksposisi Retorik
1.     Gaya Narasi (menentukan gaya penceritaan dalam retorik dengan bantuan naratologi)
2.     Analisis Retorik per bagian disposisi (penguraian dengan lebih rinci sesuai disposisi  teks)
G.    Kesimpulan/Penutup   
Kepustakaan
Haraguchi, T.,  A Rhetorical Analysis of Deutronomy 29-30 in Asia Journal of Theology No. _______________

http://en.wikipedia.org/wiki/Rhetoric

Malbon, E.S. & E.V. McKnight. 1994. New Literary Criticism and the NT. Sheffield: Sheffield Ac. Press 
Porter, S.E.  & D. Tombs. 1995. Approaches to New Testament  Study. Sheffield: Sheffield Ac. Press
Setio, R., Penelitian Retorik & W. Kalangit, Surat Galatia: Sebuah Retorik dalam  Forum Biblika No. 8 – 1999
Porter, S.E. & T.H. Olbricht. 1996. Rhetoric, Scripture and Theology: essays from the 1994 Pretoria Confernce. Sheffield: Sheffield Ac. Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar