Minggu, 02 Oktober 2011

Renungan: ROH KUDUS MEMBUAT KITA PEDULI TERHADAP SESAMA

Bacaan  : Kisah Para Rasul 3:1-10

                Mas perak ku tak punya, apa yang ada kan kub’ri: dalam Nama Tuhan Yesus, bangkit dan berjalanlah… ” Masih ingatkah kita akan penggalan lagu Sekolah Minggu itu? Ini adalah ucapan Petrus yang ditujukan kepada seorang yang lumpuh sebagaimana bacaan kita ini. Dalam hal ini kita tidak akan membahas hal yang sudah sering dibicarakan, yakni bagaimana Petrus membuat mujizat penyembuhan. Ita akan melihat sisi lain yang tak kalah penting dari mujizat tersebut.
                Jika kita perhatikan jalannya kisah yang kita baca ini, akan ditemukan suatu yang yang sedang bertolak belakang: Gerbang Indah dan Si Lumpuh. Istilah indah yang dalam bahasa Yunaninya adalah horaios, sebenarnya menunjuk pada keadaan tubuh manusia. Dapat diterjemahkan dengan istilah gagah, cantik, indah, atau menakjubkan. Situasi dan kondisi ini berbanding terbalik dengan seorang yang duduk di dekat pintu gerbang tersebut, yakni seorang yang lumpuh.
                Betapa banyaknya orang yang lalu lalang di gerbang itu, adakah yang melihatnya? Tentu saja ada karena si lumpuh memanggil-manggil orang yang lewat untuk meminta sedekah. Namun mereka tidak mempedulikannya. Hal ini berkaitan dengan pandangan umum orang-orang pada waktu itu, yakni mereka yang lumpuh sejak lahirnya adalah hukuman Allah atas dosa manusia dan siapa saja yang bersentuhan dengannya akan menjadi najis. Karena itu mereka yang lumpuh ditempatkan dalam kelas masyarakat yang terendah, yang mungkin juga tidak memiliki kelas sebab kedudukan mereka sejajar dengan para pelacur. Ah, sungguh sial nasibnya: sudah lumpuh, dianggap sampah masyarakat lagi!
                Waktu Petrus dan Yohanes lewat, jam menunjukkan pukul tiga petang. Ini adalah waktu yang ditentukan oleh agama Yahudi waktu itu untuk bersembahyang. Jadi dapat kita bayangkan lebih banyak orang yang lewat pada jam itu. Petrus dan Yohanes berjumpa dengannya. Ia tidak berkata apa-apa; ia hanya menatap Petrus; tatapan yang mengharapkan sesuatu. Situasi ini tentu mengingatkan Petrus dan Yohanes ketika mereka masih bersama dengan Guru mereka ketika menghadapi situasi yang sama, yakni orang buta sejak lahir (Yoh. 9). Orang seperti itu merupakan sarana agar pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan oleh rasa kepedulian kita. Guru telah mengajar agar peka terhadap orang lain yang menderita.
                Didikan Sang Guru membekas di hati murid-murid-Nya. Petrus menatapnya, mengulurkan tangannya dan menyembuhkannya setelah ia memiliki kuasa dari Roh Kudus sebagaimana janji Sang Guru. Dua hal yang Petrus lawan dari kebiasaan orang pada zamannya: mempedulikan dan menyentuhnya. Di saat orang tidak peduli dan menganggap sentuhan dengan mereka adalah najis, Petrus malah mempedulikan si Lumpuh dan menyentuhnya sebagai bukti bahwa ia peduli dengannya. Sekali lagi kita dapat melihat, bahwa Petrus mengutamakan orang yang membutuhkan pertolongan dibanding ketentuan-ketentuan agama yang malah membuatnya tidak bisa menolong orang lain. Sungguh, ajaran Sang Guru sangat membekas di akal dan budinya.
                Bagaimana dengan kita? Kita yang mengaku Kristen (christianoi: Pengikut Kristus) telah dikarunia oleh Roh sebagaimana janji Sang Guru Agung. Kita pun sedang menghayati minggu Trinitatis yang berarti bahwa karya Allah yang mewujudkan diri dalam Bapa, Anak dan Roh Kudus telah genap. Kita telah dipilih untuk membuat pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan dalam diri mereka yang menderita dan karenanya tersisih dari masyarakat. Oleh karena itu, karakter orang yang telah diurapi oleh Roh Kudus adalah karakter yang peduli terhadap orang lain, bahkan sampah masyarakat sekalipun.  

1 komentar:

  1. terimaa kasih pak pendeta untuk khotbah2nya serta artikel yang sangat membangun iman. ijin share ya pak.. selamat melayani Tuhan Yesus... Tuhan selalu berkati.. Shalom

    BalasHapus