Minggu, 02 Oktober 2011

Renungan: SIKAP SEORANG HAMBA TUHAN

Bacaan: Yesaya 42:1-9
                Siapakah yang disebut sebagai hamba Tuhan? Ini adalah pertanyaan yang dapat membuat seseorang menjadi keliru untuk menjawabnya. Ada orang yang mengatakan bahwa hamba Tuhan adalah pendeta saja. Ada yang mengatakan bahwa hamba Tuhan hanya pendeta dan penatua saja. Ada yang menganggap bahwa pendeta, penatua dan diaken adalah hamba Tuhan. Atau ada yang mengatakan bahwa semua yang ambil bagian dalam ibadah pelayan (= hamba) adalah hamba Tuhan. Siapakah hamba Tuhan itu?
                Bacaan ini berbicara tentang bagaimana hamba Tuhan itu. Beberapa poin penting yang dapat menjelaskan bagaimana hamba Tuhan itu adalah:
Pertama (ayat 1), ia adalah orang yang dipilih dan diberikan Roh oleh Tuhan untuk menyatakan hukum atau keadilan. Kita dapat menduga bahwa mereka yang menyatakan hukum atau keadilan adalah mereka yang menjalankan fungsi peradilan, seperti dewan adat, pemerintah desa, hakim. Akan tetapi di lingkungan terkecil saja seperti dalam keluarga ada fungsi peradilan yang bersifat menengahi, yakni: orang tua yang menengahi anak-anaknya ketika berebut permen, lebih meningkat lagi seorang ayah yang menengahi anak-anaknya dalam membagi budel, atau pula seorang anak yang mengajak ayah ibunya yang sudah berpisah atau bercerai dapat rujuk kembali. Semua kemampuan menengahi yang baik seperti itu adalah karunia dari Tuhan yang memberikan Roh-Nya.
Kedua (ayat 2), ia menjalankan tugas itu dengan sopan dan santun. Dalam menghadapi suatu masalah, ia tidak berteriak-teriak apalagi dikatakan memperdengarkan suara di jalan. Ini penting untuk menjaga sopan santun berbicara di mana saja. Etika berbicara inilah yang sudah mulai memudar dewasa ini. Kita dapat menyaksikan baik secara langsung maupun melalui televisi ucapan-ucapan kasar keluar dari mulut seseorang entahkah dia orang tua dari anak-anak, pemerintah bagi rakyat, atau pula mereka yang menyebut diri sebagai wakil rakyat. Ingatlah bahwa dalam minggu sebelumya kita berbicara tentang lingkungan yang dapat membentuk seseorang. Jika lingkungannya biasa berbicara dengan tidak tahu sopan santun, maka ia cenderung untuk berbuat hal yang sama.
Ketiga (ayat 3), ia menjalankan tugas tersebut dengan memperhatikan keberadaan orang yang dilayaninya. Ungkapan buluh yang patah terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya menunjukkan situasi seseorang. Oleh karena masalah yang sedang menghimpitnya, seseorang dapat sampai pada titik yang paling rendah dari hidupnya: orang yang kehilangan harapan, yang merasa gagal dalam hidup dan yang seolah-olah masa depannya sudah tidak ada lagi. Akan tetapi buluh itu belum putus dan pelita itu belum padam. Orang-orang yang seperti inilah yang menjadi sumber keprihatinan dari hamba Tuhan. Bahkan ia melakukannya dengan kepedulian karena kesetiaannya kepada orang-orang yang seperti itu. Kata setia dalam ayat 3 diterjemahkan dari kata Ibrani emeth yang berarti teguh, setia, benar. Itu berarti bahwa ia tidak akan pernah menyimpang dari tujuannya untuk menolong orang lain yang sedang dalam masalah, menguatkan dan meneguhkan mereka agar tetap kuat dan tangguh menghadapi hidup ini. Yang biasanya terjadi adalah prores peradilan atau menengahi sesuatu masalah justru membuat orang yang sudah terpuruk semakin didesak untuk mengalami hal yang terburuk. Hamba Tuhan tidaklah seperti itu.
Keempat (ayat 4), dalam menghadapi sesuatu hal baik atau tidak baik, hamba Tuhan yang melakukan tugas keadilan dalam keteguhan, kesetiaan dan kebenaran itu tidak menjadi pudar atau terkulai. Ia malah menjadi kuat dan lentur. Tidak mudah patah. Dalam pada itu ia semakin mantap untuk melakukan tugasnya. Karena itulah tidak heran apabila segala pulau mengharapkan pengajarannya. Dengan kata lain, semua orang ingin mendengar wejangan-wejangan hikmatnya dalam menghadapi masalah di hidup ini.
                Sebenarnya kita tidak sulit untuk menemukan figur yang dimaksud dalam bacaan kita ini. Apa yang menjadi nubuat nabi Yesaya dalam bacaan ini telah menjadi jelas. Kita semua sudah mengenal-Nya. Kita semua percaya dan mempercayakan diri kepada-Nya. Dialah Yesus, Tuhan kita, yang telah melakukan tugas penyelamatan terhadap umat Allah, terhadap kita. Dialah terang bagi bangsa-bangsa yang mencelikkan mereka yang buta, membebaskan para tahanan dan orang-orang hukuman.
                Oleh karena itu maka Dialah yang menjadi model Hamba Tuhan. Model itu tidak hanya diikuti oleh para pendeta, penatua, diaken atau mereka yang mendapat tugas dalam jemaat. Mereka adalah orang-orang yang dipilih untuk menjalankan tugas pelayanan sebagai hamba Tuhan. Namun sebenarnya Kita semua adalah jemaat-Nya yang telah dipilih dan dipanggil-Nya. Kita semua adalah hamba-hamba yang menjadi milik kepunyaan-Nya. Kita mengabdi kepada-Nya. Karena itu kita berbuat apa yang disuruh-Nya.
Tugas hamba Tuhan itu sudah jelas. Sosok yang menjadi model hamba Tuhan itu pun kita tahu. Maka kini kitalah yang menjadi hamba-Nya untuk melakukan tugas-tugas itu dalam kehidupan kita. Terpujilah Tuhan Yesus, Allah yang rela menjadi Hamba untuk menyelamatkan kita.    

1 komentar:

  1. sudah ada ditafsiran alkitab sabda
    http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=Yes&chapter=42&verse=1&cmt=full

    BalasHapus