BACAAN: KEJADIAN
41:37-57
Kisah dalam kitab Kejadian 41
ini sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi kita. Fokus kita bukanlah bagaimana
Yusuf menjadi penguasa, tetapi bagaimana ia dapat mengatur kehidupan bangsa
Mesir menjadi bangsa yang mengalami swasembada pangan; mandiri secara makanan;
cukup makan dan minum.
Kehidupan Yusuf sebagai orang yang berhasil dalam
mengatur urusan makanan sebenarnya bermula dari kehidupannya sejak kanak-kanak,
ketika ia sudah dibiasakan mengantar makanan kepada kakak-kakaknya. Tentu ia
tahu berapa jumlah kakak-kakaknya, berapa porsi makan mereka dan apa-apa yang
menjadi menu kesukaan mereka.
Kemudian ketika ia dijual ke
Mesir dan tinggal di rumah Potifar, ia pun dipercayakan mengatur kehidupan rumah
tangga Potifar. Dalam hal ini tanggungjawabnya mengatur kesejahteraan pangan
meningkat, dari keluarganya sendiri kepada kehidupan keluarga majikannya. Namun
oleh karena suatu persoalan dengan istri Potifar, maka ia masuk ke penjara.
Di penjara pun, Yusuf sebenarnya
bukan menjadi seorang tahanan, tetapi menjadi pengatur makanan para nara
pidana. Ini dibuktikan dengan persahabatannya dengan juru minuman dan juru
roti, walaupun juru roti kemudian di gantung. Kemudian oleh bantuan juru
minuman, Yusuf dapat mengartikan mimpi Firaun. Lagi-lagi berkaitan dengan
makanan.
Yusuf
menjadi pribadi yang unik, ketika kehidupannya berkaitan dengan pengaturan
makanan. Ini bukan berkaitan dengan masakan apa, tetapi bagaimana makanan itu
diperoleh, apa yang akan dimasak, siapa yang akan makan, berapa banyak makanan
yang akan itu. Pengaturan hal tersebut memerlukan standar kepintaran dan
keterampilan dalam mengolah segala sesuatu.
Ini
juga menjadi hal penting bagi Yusuf ketika ia dipercayakan mengatur segala
sesuatu yang berurusan dengan perut, yakni, semakin berjenjang dan bertingkat
naik, perut keluarganya, perut orang lain (keluarga Potifar dan para nara
pidana), dan ke arah yang lebih besar, yakni perut seluruh orang Mesir. Namun
demikian, pada akhirnya Yusuf kembali lagi ke kehidupan keluarganya, ketika
kakak dan adiknya datang ke Mesir untuk membeli makanan. Perhatikan bagaimana
Yusuf dapat memberi pengaruh, yaitu keluarga ke keluarga orang lain ke keluarga
besar penjara ke keluarga besar suatu negara kembali ke keluarganya sendiri.
Ini berarti bahwa lingkaran pengaruh yang dijalankan Yusuf, sebagai pemberkatan
Tuhan, dengan mengatur secara baik persoalan perut dapat membawanya ke
kehidupan yang lebih baik.
Apa
yang menjadi rahasia Yusuf? Beberapa hal yang dapat dikemukakan adalah:
Pertama, Yusuf
dapat mempersiapkan masa depannya. Masa depan ini bukan hanya menyangkut masa
depan diri sendiri, tapi juga keluarga dan orang lain baik dalam skala kecil
maupun skala besar. Ingatlah akan Firman “ketika kita setia pada perkara kecil,
Tuhan akan memberikan perkara yang besar”, demikian yang berlaku kepada Yusuf.
Kedua, Yusuf
piawai mengatur dan menentukan rencana-rencana dalam hidupnya. Benar bahwa dia
bukan Tuhan yang dapat menentukan masa depan, tapi dia dikaruniai Tuhan hikmat
untuk menentukan beragam prioritas dalam hidupnya untuk kesejahteraan banyak
orang.
Ketiga, Yusuf
dapat membaca tanda-tanda zaman. Maksudnya, ketika diperhadapkan pada mimpi
Firaun, pikiran Yusuf tertuju pada segala sesuatu yang dapat menjadi penyebab
tahun-tahun gemuk dan segala sesuatu yang dapat mempengaruhi sehingga terjadi
tahun-tahun kurus. Hidup yang gemuk dan kurus dapat bergantung pada
faktor-faktor seperti cuaca yang tidak baik sehingga buah coklat hitam kalau
banyak hujan dan layu kalau musim panas, atau keadaan sosial yang rawan seperti
konflik yang kita alami lalu, dan lain sebagainya. Tapi juga tahun gemuk dan
kurus dapat pula bergantung pada faktor-faktor manajemen yang kurang baik,
seperti pola hidup boros dan tidak memikirkan kebutuhan masa depan.
Keempat, sederhana
saja, Yusuf menabung. Ia menabung banyak hal. Pertama-tama, ia menabung
perilaku yang baik dan dapat dipercaya. Ini modal hidupnya ketika berjumpa
dengan banyak orang dan bergaul dengan mereka. Ia merupakan pribadi yang layak
dipercaya.
Kemudian ia menabung barang. Ketika itu yang ditabungnya
adalah gandum, jadi ia membuat lumbung sebagai persediaan makanan untuk
digunakan pada tahun kurus. Sebenarnya ini merupakan suatu kearifan lokal yang
diwariskan oleh para orang tua kita. Mereka membangun lumbung sebagai
persediaan makanan pada tahun sulit dan kurus. Yusuf pun demikian, ia mengatur
secara baik hasil pada musim gemuk sebagai persediaan pada musim kurus. Ketika
tiba musim kurus, secara perlahan ia mengatur pengeluaran sehingga cukup untuk
tujuh tahun dimakan oleh satu negara. Ini merupakan gambaran manusia cerdas dan
memiliki hikmat Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar