Senin, 03 Oktober 2011

Renungan: LUMBUNG YUSUF

BACAAN: KEJADIAN 41:37-57

Kisah dalam kitab Kejadian 41 ini sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi kita. Fokus kita bukanlah bagaimana Yusuf menjadi penguasa, tetapi bagaimana ia dapat mengatur kehidupan bangsa Mesir menjadi bangsa yang mengalami swasembada pangan; mandiri secara makanan; cukup makan dan minum.
Kehidupan Yusuf sebagai orang yang berhasil dalam mengatur urusan makanan sebenarnya bermula dari kehidupannya sejak kanak-kanak, ketika ia sudah dibiasakan mengantar makanan kepada kakak-kakaknya. Tentu ia tahu berapa jumlah kakak-kakaknya, berapa porsi makan mereka dan apa-apa yang menjadi menu kesukaan mereka.
Kemudian ketika ia dijual ke Mesir dan tinggal di rumah Potifar, ia pun dipercayakan mengatur kehidupan rumah tangga Potifar. Dalam hal ini tanggungjawabnya mengatur kesejahteraan pangan meningkat, dari keluarganya sendiri kepada kehidupan keluarga majikannya. Namun oleh karena suatu persoalan dengan istri Potifar, maka ia masuk ke penjara.
                Di penjara pun, Yusuf sebenarnya bukan menjadi seorang tahanan, tetapi menjadi pengatur makanan para nara pidana. Ini dibuktikan dengan persahabatannya dengan juru minuman dan juru roti, walaupun juru roti kemudian di gantung. Kemudian oleh bantuan juru minuman, Yusuf dapat mengartikan mimpi Firaun. Lagi-lagi berkaitan dengan makanan.
                Yusuf menjadi pribadi yang unik, ketika kehidupannya berkaitan dengan pengaturan makanan. Ini bukan berkaitan dengan masakan apa, tetapi bagaimana makanan itu diperoleh, apa yang akan dimasak, siapa yang akan makan, berapa banyak makanan yang akan itu. Pengaturan hal tersebut memerlukan standar kepintaran dan keterampilan dalam mengolah segala sesuatu.
                Ini juga menjadi hal penting bagi Yusuf ketika ia dipercayakan mengatur segala sesuatu yang berurusan dengan perut, yakni, semakin berjenjang dan bertingkat naik, perut keluarganya, perut orang lain (keluarga Potifar dan para nara pidana), dan ke arah yang lebih besar, yakni perut seluruh orang Mesir. Namun demikian, pada akhirnya Yusuf kembali lagi ke kehidupan keluarganya, ketika kakak dan adiknya datang ke Mesir untuk membeli makanan. Perhatikan bagaimana Yusuf dapat memberi pengaruh, yaitu keluarga ke keluarga orang lain ke keluarga besar penjara ke keluarga besar suatu negara kembali ke keluarganya sendiri. Ini berarti bahwa lingkaran pengaruh yang dijalankan Yusuf, sebagai pemberkatan Tuhan, dengan mengatur secara baik persoalan perut dapat membawanya ke kehidupan yang lebih baik.
                Apa yang menjadi rahasia Yusuf? Beberapa hal yang dapat dikemukakan adalah:
Pertama, Yusuf dapat mempersiapkan masa depannya. Masa depan ini bukan hanya menyangkut masa depan diri sendiri, tapi juga keluarga dan orang lain baik dalam skala kecil maupun skala besar. Ingatlah akan Firman “ketika kita setia pada perkara kecil, Tuhan akan memberikan perkara yang besar”, demikian yang berlaku kepada Yusuf.
Kedua, Yusuf piawai mengatur dan menentukan rencana-rencana dalam hidupnya. Benar bahwa dia bukan Tuhan yang dapat menentukan masa depan, tapi dia dikaruniai Tuhan hikmat untuk menentukan beragam prioritas dalam hidupnya untuk kesejahteraan banyak orang.
Ketiga, Yusuf dapat membaca tanda-tanda zaman. Maksudnya, ketika diperhadapkan pada mimpi Firaun, pikiran Yusuf tertuju pada segala sesuatu yang dapat menjadi penyebab tahun-tahun gemuk dan segala sesuatu yang dapat mempengaruhi sehingga terjadi tahun-tahun kurus. Hidup yang gemuk dan kurus dapat bergantung pada faktor-faktor seperti cuaca yang tidak baik sehingga buah coklat hitam kalau banyak hujan dan layu kalau musim panas, atau keadaan sosial yang rawan seperti konflik yang kita alami lalu, dan lain sebagainya. Tapi juga tahun gemuk dan kurus dapat pula bergantung pada faktor-faktor manajemen yang kurang baik, seperti pola hidup boros dan tidak memikirkan kebutuhan masa depan.
Keempat, sederhana saja, Yusuf menabung. Ia menabung banyak hal. Pertama-tama, ia menabung perilaku yang baik dan dapat dipercaya. Ini modal hidupnya ketika berjumpa dengan banyak orang dan bergaul dengan mereka. Ia merupakan pribadi yang layak dipercaya.
Kemudian ia menabung barang. Ketika itu yang ditabungnya adalah gandum, jadi ia membuat lumbung sebagai persediaan makanan untuk digunakan pada tahun kurus. Sebenarnya ini merupakan suatu kearifan lokal yang diwariskan oleh para orang tua kita. Mereka membangun lumbung sebagai persediaan makanan pada tahun sulit dan kurus. Yusuf pun demikian, ia mengatur secara baik hasil pada musim gemuk sebagai persediaan pada musim kurus. Ketika tiba musim kurus, secara perlahan ia mengatur pengeluaran sehingga cukup untuk tujuh tahun dimakan oleh satu negara. Ini merupakan gambaran manusia cerdas dan memiliki hikmat Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar